TEKNIK MEMPERBANYAK
MIKORIZA
Mikoriza merupakan suatu hubungan simbiotik mutualisme
antara jamur tertentu dengan perakaran tanaman tingkat tinggi.Jamur membantu
penyerapan unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman, khususnya unsur P dan N, sedangkan
tanaman menyediakan unsur karbon yang dibutuhkan jamur untuk kelangsungan
hidupnya.
Mikoriza terdapat hampir di semua tanaman inang, baik
tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan.Penyebaran mikoriza sangat luas
dan dapat ditemukan di berbagai areal pertanaman di Indonesia, mulai dari
daerah pegunungan sampai daerah pantai. Mikoriza berperan dalam meningkatkan
pertumbuhan tanaman dengan bertambahnya kemampuan akar dalam menyerap
unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman.Selain itu mikoriza juga berperan
dalam meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan patogen akar, ketahanan
terhadap kekeringan atau kondisi ekstrim lainnya.
Klasifikasi Mikoriza Secara umum mikoriza dapat
digolongkan menjadi 2 kelompok, yaitu : Endomikoriza dan Mikoriza Vesikular
Arbuskular (MVA)
1. Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA)
Mikoriza dalam kelompok ini dicirikan dengan adanya
struktur berupa vesikel dan arbuskul.Vesikel merupakan penggelembungan hifa MVA
yang berbentuk bulat dan berfungsi sebagai tempat penyimpan cadangan makanan.
Arbuskul merupakan sistem percabangan hifa yang
kompleks, bentuknya seperti akar yang halus.Arbuskul berfungsi sebagai tempat
pertukaran nutrisi antara jamur dan tanaman.
MVA termasuk kelompok mikoriza yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai pupuk
hayati (biofertilizer).Adapun jenis-jenis MVA yang potensial tersebut
diantaranya tergolong dalam genus Glomus, Gigaspora, dan Acaulospora.
2. Ektomikoriza
Mikoriza dalam kelompok ini dicirikan dengan adanya
struktur berupa mantel hifa (Hartig net) yang berfungsi sebagai tempat
pertukaran nutrisi.Mikoriza jenis ini tidak membentuk vesikel maupun arbuskul
dan umumnya membentuk badan buah yang tergolong dalam kelas Basidiomycetes atau
Ascomycetes.
Persiapan Perbanyakan MVA
Bahan yang perlu dipersiapkan yaitu media tanam
(pasir, tanah, arang sekam atau yang lain), starter mikoriza (akar yang
bermikoriza atau media yang mengandung spora MVA), benih jagung/sorghum, pupuk
cair, pot/bak plastik/polibag, dan kantong plastik. Peralatan yang dibutuhkan
antara lain dandang sabluk, cetok, gunting, hand sprayer, kompor, dll.
Produksi MVA
Umumnya produksi MVA yang sering dilakukan adalah
dengan menggunakan metode pot kultur, yaitu menanam benih jagung dalam pot-pot
atau bak-bak plastik. Tahap produksi MVA diawali dengan sterilisasi media.Media
perbanyakan MVA yang berupa pasir/tanah/arang sekam dipanaskan dengan
menggunakan dandang sabluk selama 1 – 2 jam. Tujuannya adalah untuk membunuh
mikroorganisme yang hidup pada media tanam, sehingga diharapkan kompetisi antara
MVA dan mikroorganisme lain menjadi berkurang.
Selanjutnya media dimasukkan ke dalam pot/polibag/bak
plastik sampai ¾ volumenya.Tanam benih jagung/sorghum yang telah dikecambahkan
terlebih dahulu. Benih jagung yang telah berkecambah akan meningkatkan persentase
pertumbuhannya karena media tanam yang digunakan miskin unsur hara. Biarkan
benih tumbuh sampai berumur 2 minggu dengan melakukan penyiraman secara teratur
menggunakan hand sprayer.
Tahap selanjutnya adalah memasukkan starter mikoriza
yang berupa akar yang bermikoriza/spora MVA di sekitar perakaran sebanyak 0,5 –
1 gram. Starter MVA yang dicampurkan minimal mengandung 10-20 spora.
Pemeliharaan
Tahap pemeliharaan dilakukan sampai inang berumur ±2
bulan.Tanaman jagung diletakkan pada suatu tempat yang cukup mendapatkan sinar
matahari sambil sesekali dilakukan penyiraman dan pemupukan.Penyiraman tidak
perlu dilakukan secara teratur, cukup dengan menjaga kelembapan media
tanam.Pemupukan juga dilakukan secukupnya, dengan memilih pupuk cair yang
mengandung unsur P rendah. Pemeliharaan tanaman yang telah tumbuh juga meliputi
pengamatan terhadap serangan hama dan penyakit. Tanaman yang tampak terserang
hama dan penyakit atau tumbuh abnormal segera dicabut dan diganti dengan benih
yang baru.
Stressing
Tahap stressing adalah suatu tahapan yang berupa usaha
untuk menghambat atau menekan pertumbuhan tanaman inang dengan kondisi
tertentu. Tujuannya yaitu untuk memacu MVA membentuk struktur tahan berupa
spora. Spora inilah nantinya yang dapat dipanen dan menjadi sumber inokulum
(starter mikoriza).
Usaha-usaha stressing yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut :
Penghentian penyiraman
Setelah selama 2 bulan tanaman inang dipelihara dengan
sesekali dilakukan penyiraman, maka pada bulan ketiga dilakukan stressing dengan
menghentikan proses penyiraman selama 1 (satu) bulan. Dalam kondisi seperti ini
secara otomatis akar tanaman inang akan berusaha keras untuk mendapatkan air.
Pada saat inilah simbiosis antara MVA dan akar tanaman inang berjalan optimal.
Hifa-hifa MVA akan tumbuh memanjang untuk membantu akar tanaman inang mencari
sumber air.
Topping dan pemaparan sinar matahari
Topping atau pemotongan bagian atas tanaman inang
dilakukan dengan hanya menyisakan batang bawah ± 1/4nya.Kondisi ini
dikombinasikan dengan melakukan pemaparan tanaman inang di bawah bawah sinar
matahari. Kondisi seperti ini akan semakin menekan kondisi fisik tanaman inang
dan MVA. Perlahan-lahan tanaman inang akan mati sehingga akan mempengaruhi
kondisi MVA. Dalam keadaan yang tidak menguntungkan tersebut MVA akan membentuk
struktur tahan berupa spora untuk mempertahankan hidupnya.
Pemanenan
Pemanenan dapat dilakukan setelah tanaman inang
mengalami stressing selama 1 (satu) bulan atau ± 3 (tiga) bulan sejak tanam
awal. Pemanenan dilakukan dengan cara membongkar tanaman inang dan mengambil
bagian akarnya. Akar lalu dipotong kecil-kecil (± 0,5 cm) dan dicampur dengan
media tanamnya. Selanjutnya kemas mikoriza beserta media tanamnya dalam kantong
plastik dan siap untuk diaplikasikan sebagai pupuk hayati.Bila tidak langsung
digunakan maka sebaiknya disimpan dalam lemari es.
Aplikasi di Lapangan
Penggunaan MVA lebih efektif diaplikasikan pada saat
pembibitan karena MVA akan segera menginfeksi jaringan akar yang relatif masih
muda. Dengan demikian bibit yang akan dipindahkan ke lapang perakarannya telah
terlindungi oleh MVA sehingga dapat terhindar dari serangan patogen, khususnya
patogen terbawa tanah. Namun dapat pula aplikasi dilakukan pada saat bibit
dipindah ke lahan.Caranya yaitu dengan membuat lubang tanam, kemudian mengambil
tanahnya dan mencampurnya dengan mikoriza.Dosis yang disarankan minimal 15 – 20
gram/bibit.Aplikasi sebaiknya dilakukan pada waktu sore hari (pukul 16.00 –
17.00 WIB).